Laka Tambang Tembelok: Kisah Perjuangan Pekerja untuk Keselamatan dan Kesejahteraan Keluarga



Bangka Barat, Tembelok - Kecelakaan di lokasi tambang Tembelok yang terjadi pada Selasa, 8 Oktober 2024, menjadi perhatian publik setelah seorang pekerja bernama AA dari Teluk Limau Parit Tige berhasil diselamatkan meskipun sempat tidak sadarkan diri. Rabu (9/10/2024).


Dalam situasi yang menegangkan tersebut, rekan-rekan AA bekerja sama untuk mengevakuasi dan membawanya ke rumah sakit. 


“Resiko pekerjaan itu sudah menjadi bagian dari kami, tapi alhamdulillah kami saling membantu,” ungkap salah satu pekerja di lokasi.

Pekerja ini menegaskan bahwa insiden tersebut bukanlah tanda bahwa mereka mencari tumbal, melainkan resiko yang harus dihadapi setiap pekerja. 

“Pekerjaan apa pun pasti memiliki resiko. Niat kami bekerja adalah untuk menghidupi keluarga. Kami sadar akan konsekuensinya,” lanjutnya.

Namun, kejadian ini mengangkat kembali isu legalitas lokasi tambang di Keranggan dan Tembelok. 


Banyak warga yang merasa bahwa permasalahan legalitas tidak seharusnya menjadi penghalang bagi mereka untuk berusaha. 


Sejak tahun 2015, masyarakat telah memperjuangkan penerbitan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) dan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) sebagai langkah untuk menambang secara legal. 


Instruksi dari Presiden Joko Widodo saat kunjungan ke Babel kala itu menjadi harapan bagi banyak warga.

Meski demikian, hingga kini proses tersebut terhambat oleh berbagai aturan yang saling bertentangan. 


“Kita berharap ada kejelasan tentang legalitas ini. Sementara itu, kita perlu makan dan menghidupi keluarga,” jelas seorang warga Keranggan. 


Dalam situasi ekonomi yang sulit, banyak yang merasa terpaksa untuk terus mencari nafkah dari hasil tambang, meskipun tanpa izin resmi.

Kondisi ini membuat masyarakat Keranggan dan Tembelok seperti terjebak dalam dilema. Mereka menginginkan kepastian hukum, namun juga harus menghadapi kenyataan bahwa kebutuhan hidup tidak bisa menunggu. 


“Di tengah ketidakpastian ini, wilayah kami bisa dianggap seperti oase di tengah padang gurun. Kami harus bisa memanfaatkan potensi yang ada demi kehidupan kami,” tutup salah satu pekerja yang berpartisipasi dalam penyelamatan AA.

Dengan semangat gotong-royong, para pekerja menunjukkan bahwa di balik tantangan yang ada, solidaritas dan kerja sama tetap menjadi nilai yang kuat dalam menghadapi setiap resiko pekerjaan di lapangan. (Tim/KBO Babel)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama