Jalan Belum Diaspal, Warga Mentok Kian Resah Akan Risiko Kecelakaan






Bangka Barat - Keterlambatan pengaspalan jalan di Jalur 2 Pal 3 Mentok, Bangka Barat, telah memicu kekhawatiran yang mendalam di kalangan masyarakat setempat. Pasca kerusakan parah yang diakibatkan oleh longsor beberapa waktu lalu, jalan akses lintas daerah ini hanya mengalami perbaikan sementara dengan bebatuan cor. Jumat (23/8/2024).

Namun, hingga kini, tanda-tanda pengaspalan permanen yang sangat dinantikan belum juga terlihat. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan dan kekhawatiran terkait keselamatan berlalu lintas di kalangan pengguna jalan.

Sejak longsor melanda kawasan tersebut, pemerintah daerah telah mengambil langkah darurat dengan mengalihkan arus lalu lintas ke satu jalur, yang kemudian ditutup dengan bebatuan cor sebagai solusi sementara. 

Namun, solusi ini tampaknya belum memadai, terutama karena jalan yang seharusnya sudah beraspal kembali, hingga kini masih dalam kondisi yang mengkhawatirkan. 

Pada hari Jumat, 23 Agustus 2024, terlihat jelas bahwa bebatuan cor masih berserakan di sepanjang jalan, tanpa ada tanda-tanda dimulainya proses pengaspalan.

Masyarakat yang sehari-hari melintasi jalur ini mulai mempertanyakan alasan di balik keterlambatan pengaspalan tersebut. Beberapa warga menduga, keterlambatan ini disebabkan oleh kendala anggaran atau mungkin karena masih menunggu pasokan aspal. 

Namun, apapun alasannya, kondisi jalan yang masih belum selesai ini menimbulkan risiko besar bagi keselamatan pengendara.

Salah seorang warga Bangka Barat yang sering melintasi jalan tersebut, mengisahkan pengalamannya yang cukup mengerikan ketika melihat seorang ibu separuh baya terjatuh saat melintasi jalan yang masih dipenuhi bebatuan cor. 

“Beberapa hari lalu, ada ibu-ibu, nggak tahu dari mana, jatuh di sini. Batu cor itu bahaya, kalau kita lewat di belakang mobil, pasir dan batu cor terbang ke belakang. Itu bahaya bagi orang lain,” ujar warga tersebut.

Kisah ini bukanlah satu-satunya. Sejumlah warga lainnya juga mengeluhkan kondisi jalan yang dianggap sangat membahayakan, terutama ketika bebatuan cor yang longgar terlempar oleh kendaraan besar yang melintas. 

Kondisi ini tidak hanya mengancam pengendara sepeda motor, tetapi juga mobil yang berisiko mengalami kerusakan atau bahkan menyebabkan kecelakaan serius jika pengendara tidak waspada.

Pengakuan warga ini menegaskan bahwa keberadaan bebatuan cor di sepanjang jalur tersebut bukanlah solusi jangka panjang yang dapat diandalkan. Sebaliknya, kondisi ini justru meningkatkan potensi kecelakaan lalu lintas, yang dapat merugikan pengendara dan bahkan menyebabkan cedera serius. 

Terlebih lagi, jalan ini merupakan jalur utama yang menghubungkan berbagai daerah di Mentok, sehingga pentingnya penyelesaian pengaspalan tidak dapat diremehkan.

Masyarakat setempat berharap agar dinas terkait dan pemerintah daerah segera turun tangan untuk mempercepat proses pengaspalan jalan di Jalur 2 Pal 3 Mentok ini. 

Mereka menilai, tindakan segera sangat diperlukan untuk memastikan bahwa kondisi jalan kembali normal, dan pengendara dapat melintas dengan aman dan nyaman tanpa harus menghadapi risiko kecelakaan yang mengintai.

Keterlambatan pengaspalan ini juga menimbulkan spekulasi tentang bagaimana perencanaan dan alokasi anggaran dilakukan oleh pihak yang berwenang. 

Jika benar bahwa keterlambatan ini disebabkan oleh kurangnya anggaran atau penundaan dalam pengadaan aspal, maka hal ini menunjukkan adanya masalah dalam manajemen proyek perbaikan infrastruktur. 

Masyarakat tentunya berhak mengetahui alasan sebenarnya di balik keterlambatan ini, mengingat dampak yang ditimbulkan sangat besar, terutama terhadap keselamatan mereka.

Selain itu, kasus ini juga membuka diskusi lebih luas tentang pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan proyek-proyek infrastruktur publik. Keterbukaan informasi mengenai tahapan proyek dan kendala yang dihadapi akan sangat membantu mengurangi keresahan masyarakat. 

Dengan begitu, masyarakat bisa lebih memahami situasi dan tidak hanya merasa diabaikan oleh pemerintah.

Pada akhirnya, keterlambatan pengaspalan jalan di Pal 3 Mentok ini menjadi cerminan dari bagaimana pentingnya perencanaan yang matang dan pelaksanaan yang tepat waktu dalam proyek-proyek infrastruktur. 

Masyarakat tidak hanya membutuhkan akses jalan yang baik, tetapi juga jaminan bahwa keselamatan mereka diutamakan dalam setiap tahap perbaikan. Sebuah jalan yang aman dan layak adalah hak semua warga, dan pemerintah daerah berkewajiban untuk memenuhinya tanpa menunda-nunda.

Kini, harapan besar masyarakat Bangka Barat tertuju pada dinas terkait dan pemerintah daerah untuk segera menuntaskan pengaspalan jalan tersebut. 

Dengan langkah cepat dan tepat, kondisi jalan yang memprihatinkan ini dapat segera diatasi, sehingga keselamatan dan kenyamanan pengguna jalan dapat kembali terjamin. (Joy/KBO Babel)

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama